Langsung ke konten utama

Teman dan Pak Polisi Minta Pulsa

Sebenernya si ini udah kasus lama, udh banyak juga yang mengalami kasus kaya gini, bahkan saya sempat melihat ada orang yang beli pulsa di Mini market di daerah Perumahan Kosambi dengan total pulsa Rp. 300.000. Setelah di minta untuk membayar oleh kasir, dia kaget karena dia merasa itu bukan nomor si korban, akhirnya karna pihak Mini market  juga tidak mau rugi maka sebagai jaminan hp si korban harus ditahn sebagai jaminan. Akhirnya sebuah gadget dengan gambar apel kegigit pun jadi jaminan.

Sekarang kejadian itu terjadi di keluarga saya sendiri, padahal kejadian tersebut sudah saya ceritakan kepada keluarga saya tapi apadaya mungkin ini ujian akhirnya Kaka saya menjadi korban. Pukul 11.00 WIB saya mengajak kaka saya untuk menemani saya pergi dan menyuruh dia untuk bersiap-siap, saya pun pergi bersiap-siap. Setelah saya selesai mandi saya melihat kaka saya pergi tergesa-gesa, saya pikir dia sedang disuruh papa saya untuk beli makan karena biasanya papa saya menyuruh kami untuk membeli makan siang. Setelah saya tunggu satu jam kok dia belum kembali. Saya tanya ke papa saya, dan papa saya bilang dia pergi untuk membeli cemilan dan bukan papa yang nyuruh. Ya sudah saya tunggu sambil saya merapihkan riasan, tiba-tiba suara motor Kaka saya terdengar, dan saya liat dari kamar saya dia belum rapih, tapi tiba-tiba saya mendengar suara orang menangis, saya berteriak dari kamar saya, tapi tertutup oleh tangisan itu. Akhirnya saya turun kebawah dan ternyata kaka saya sedang menangis di kaki papa saya, papa saya bingungg tidak mengerti, lalu saya tanyakan. Dan ternyata dia abis tertipu oleh orang yang bilang temanya bernama ARI YANG MEMINTANYA KIRIMKAN PULSA SEBESAR Rp. 300.000 BAHKAN KAKA SAYA MENGIRIM Rp. 400.000 (Rp. 300.000 untuk Simpati dan Rp. 100.000 untuk Xl). Sumpah saya gak habis pikir padahal saya sudah pernah menceritakan kejadian seperti itu. Saya tanya dia kirim pulsa dimana dan dia bilang di Mini market di Kampung Pulo, astaga kenapa kejadiannya sama seperti yang saya ceritkan dan Mini marketnya dengan Merk sama hanya beda lokasi. Akhirnya saya datang ke Mini market menanya kronologisnya sekaligus mengambil hp kaka saya yg jadi jaminan.

Kasir disana menceritakan bahwa kaka saya bilang ingin memberl pulsa dengan sistem Debit akhirnya kasir tersebut mengirmkan pulsa ke nomor yang kaka saya berikan. Saat kasir tersebut meminta untuk membayar kaka saya bilang menunggu transferan uang, dan kaka saya pun pergi untuk berbelanja cemilan. Karena terlalu lama dan antriannya panjang, akhirnya kasir tersebut menegor kaka saya, dan disitu kaka saya masih meminta kirimkan pulsa Rp. 300.000, untungnya kasir itu menolak karena kaka saya belom.mebayar transaksi pulsa sebelumnya. Dan disitu kaka saya menangis dan bingungg karena uang yang di janjikan si penelepon (yang mengakunya temen kaka saya) akhirnya kasir disana meminta Hp kaka saya sebagai jaminan.
Saya sempat menanyakan, biasanya setiap saya beli pulsa pihak kasir akan meminta untuk membayar dulu sebelum di kirim. Tapi petugas kasir tersebut bilang karena kaka saya membayar pakai Debit dan kebetulam petugas kasir yang melayani kaka saya itu baru dan pihak Mini market meminta maaf. Saya pun juga meminta Maaf atas kejadian yang tidak mengenakan tersebut.

Jadi intinya kalau ada yang menelepon kita mengaku polisi yang menilang temen kita, jangan percaya. Sebenernya si kalau kita pake akal kita pasti mikir ya ngapain banget coba polisi minta uang tilang dengan kirim pulsa. Tapi ketika kita tidak fokus maka tersangka mudah untuk membuat kita terjebak. Banyak modus-modus lain yang intinya sama meminta pulsa atau transfer uang, untuk mengatasinya si kembali ke diri masing-masing jangan sampai kita kehilangan fokus, dan kalau bisa orang di sekitar kita cepat menyadari kalau memang ada hal yang jangal. Saran saya untuk pihak Mini Market AGAR SELALU MEMINTA PELANGGANNYA DAHULU UNTUK MEMBAYAR TRANSAKSI SEBELUM DIKIRIMKAN PULSA TERSEBUT APALAGI DENGAN NOMINAL YANG BESAR.
NB ; nomor yang menghubungi kaka saya masih aktif, mungkin ada yang kenal nomor ini 081218454153 namanya Ari.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

SUDUT MEMORI

   Bagaimanakah Kabarmu di ruang sendiri? Singgah-kah kamu ke  sudut memori , ruang dimana pernah ada kita? Ingatkah kamu,  awal perkenalan kita? , perkenalan yang dimulai dengan sebuah pesan berisi kata “Konnichiwa”, yang singkat namun mengukir senyuman. Berawal dari  satu pesan  singkat hingga berakhir di  enam ribu enam ratus lima puluh delapan (6658) pesan. Ingatkah kamu,  selalu mengirim pesan  disekitar  jam 8 pagi ?. “Pagi”, “Bangun”, “Sayang”, “Kerja Yang”, “Aku sudah di Kantor”.  Kini, hilang meninggalkan candu. Ingatkah kamu,  selalu menceritakan  aktifitasmu, temanmu, keseruanmu bermain games,  mengirimkan foto-foto  apa yang sedang kamu lakukan, lokasi kamu berada, dan apa yang kamu makan?.  Kini, aku hanya menerka-nerka . Ingatkah kamu,  selalu bertanya  di setiap hari libur  “weekend ini kamu ngapain?”, “liburan kamu di rumah aja?”. Lalu kamu  selalu menawarkan diri untuk berjumpa , tak peduli jarak kita yang jauh, tak peduli seberapa lelahnya kamu, kamu selalu akan hadir

Mimpi Menjadi Seorang Penulis

Entah sudah berapa puluh perusahaan yang gue lamar, udh berapa puluh perusahaan yg manggil gue interview, tapi gak ada satupun yg pasti. Hmmm nikmat Mu ini sungguh Indah ya Allah, sungguh melatih kesabaran ku. Entah salah dimana sampe tak satupun perusahaan yang memilih gue untuk menjadi karyawannya. Menaruh harapan besar, berpikir positif kalau Allah pasti memberikan yg terbaik untuk Hambanya ini, pernah ada Salah satu HRD di sebuah perusahaan bilang "kamu harus bersyukur, dengan keluarga kamu yg gk lengkap, tapi masih ada satu orang tua yg masih bisa jadi temen dan kamu bisa meraih S1, kamu bermimpi jadi penulis, kenapa kamu gk latih supaya tulisan mu lebih baik, saya rasa jika kamu pd dengan tulisan mu, dan terus berlatih, cita2 kamu bakal tercapai" itu lah kata2 yang bikin gue termotivasi untuk menulis lagi, setelah mengabaikan tulisan yg pernah tergores. Sekarang jadi berpikir mungkin Allah menukiskan takdir gue bukan untuk kerja di kantor, mungkin bener gue harus me