Langsung ke konten utama

NET TV MDP IV

Enam Belas Maret 2016, pengalaman pertama saya ikut tes di NET TV #MDPIV, seperti yang kita tahu MDPIV adalah program recruitmen dari NET TV, NET TV sudah tahun keempat membuka OR (Open Recruitment) dan kesmpatan ini adalah kesempatan yang saya tunggu. Semenjak melihat iklan di NET TV saya langsung apply untuk bergabung di NET TV dan pilihan saya memilih posisi Talent Secretary. Entah kenapa gue merasa gak yakin untuk ambil bagian produksi seperti creative, PA dll. 

sebulan lamanya saya tunggu pengunguman dari NET TV untuk undangan psikotes, dan akhirnya tanggal 8 Maret 2016 saya dapet panggilan dari NET TV untuk psikotes di Istora Senayan. Sempet tidak percaya si bisa di panggil untuk NET TV, saya sempat labil untk berangkat tes atau tidak secara saya sudah bekerja di sebuah perusahaan media yang menguasai beberap stasiun televisi. dengan berpikir matang, saya akhirnya memilih untuk ikut tes psikotes.

Rabu 16 Maret 2016, saya berangkat dengan kedua teman saya menuju istora senayan dengan menggunakan Trans Jakarta, sesampainya disana lautan manusia sudah antri panjang untuk melakukan regis, kebetulan saya dapet tes MDPIV Batch 1 jam 07.00-09.00. Saya sampai di Istora Senayan pukul 06.30 tapi lautan manusia sudah antri panjang di pintu Istora Senayan entah dari jam berapa orang-orang ini datang.
Pukul 07.30 saya memasuki area ujian setelah mengantri panjang untuk registrasi. Sesampainya di ruang ujian kita tidak langsung ujian tapi kita di hibur oleh crew NET TV, sambutan dari Vice President NET dll. Tes dimulai sekitar puku 9.30, tes dimulai dengan mengerjakan soal yang mengisi kotak kosong yang berisi bangunan dilanjut dengan tes kita memilih pernyataan mana yang lebih di suka, lanjut ke tes pauli dan tes pun selesai. 

Setelah tes selesai CEO NET TV yang tak lain adalah pak Wishnutama datang untuk memberi selamat dan sambutan, pak wishnu beritahu peserta kalau yang mendaftar NET TV MDPIV sekitar 17000 orang tapi yang di undang hanya 12000 orang, suatu kebanggan bisa mengalahkan 5000 orang si hahaha walau perjuangan masih panjang harus menggalahkan 12000 orang yang ikut tes.

Salah satu yang saya suka disini adalah NET TV melatih karyawannya untuk ikut Militer, itulah yang saya tunggu di latih Militer walau sebetulnya saya sendiri takut karena saya bukan wanita yang berani, tapi saya selalu ingin tau latihan militer itu bagaimana rasanya.

Semoga saya bisa jadi bagian dari NET TV walau kalau diterima saya bingungg harus bilang apa dengan atasan saya karena saya baru 3 minggu kerja -__- semoga Allah berikan jalan Amin Amin....


gambaran istora senayan (ruanagn tes MDP IV)

Komentar

  1. Hai kak, apa sekarang udah kerja di net?

    BalasHapus
  2. aku kebetulan gak lanjut ke tahap berikutnya, mau ikut yg Batch V ya? semoga sukses

    BalasHapus
  3. Salam mbak rosela, untuk Batch V kamu ikut ke bogor....

    BalasHapus
  4. Maaf baru bales ya.. Kebetulan saya gak ikut batch V karena sudah bekerja. Tapi kemarin saya anter kakak saya untuk ikut batch V

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

SUDUT MEMORI

   Bagaimanakah Kabarmu di ruang sendiri? Singgah-kah kamu ke  sudut memori , ruang dimana pernah ada kita? Ingatkah kamu,  awal perkenalan kita? , perkenalan yang dimulai dengan sebuah pesan berisi kata “Konnichiwa”, yang singkat namun mengukir senyuman. Berawal dari  satu pesan  singkat hingga berakhir di  enam ribu enam ratus lima puluh delapan (6658) pesan. Ingatkah kamu,  selalu mengirim pesan  disekitar  jam 8 pagi ?. “Pagi”, “Bangun”, “Sayang”, “Kerja Yang”, “Aku sudah di Kantor”.  Kini, hilang meninggalkan candu. Ingatkah kamu,  selalu menceritakan  aktifitasmu, temanmu, keseruanmu bermain games,  mengirimkan foto-foto  apa yang sedang kamu lakukan, lokasi kamu berada, dan apa yang kamu makan?.  Kini, aku hanya menerka-nerka . Ingatkah kamu,  selalu bertanya  di setiap hari libur  “weekend ini kamu ngapain?”, “liburan kamu di rumah aja?”. Lalu kamu  selalu menawarkan diri untuk berjumpa , tak peduli jarak kita yang jauh, tak peduli seberapa lelahnya kamu, kamu selalu akan hadir

Mimpi Menjadi Seorang Penulis

Entah sudah berapa puluh perusahaan yang gue lamar, udh berapa puluh perusahaan yg manggil gue interview, tapi gak ada satupun yg pasti. Hmmm nikmat Mu ini sungguh Indah ya Allah, sungguh melatih kesabaran ku. Entah salah dimana sampe tak satupun perusahaan yang memilih gue untuk menjadi karyawannya. Menaruh harapan besar, berpikir positif kalau Allah pasti memberikan yg terbaik untuk Hambanya ini, pernah ada Salah satu HRD di sebuah perusahaan bilang "kamu harus bersyukur, dengan keluarga kamu yg gk lengkap, tapi masih ada satu orang tua yg masih bisa jadi temen dan kamu bisa meraih S1, kamu bermimpi jadi penulis, kenapa kamu gk latih supaya tulisan mu lebih baik, saya rasa jika kamu pd dengan tulisan mu, dan terus berlatih, cita2 kamu bakal tercapai" itu lah kata2 yang bikin gue termotivasi untuk menulis lagi, setelah mengabaikan tulisan yg pernah tergores. Sekarang jadi berpikir mungkin Allah menukiskan takdir gue bukan untuk kerja di kantor, mungkin bener gue harus me

Teman dan Pak Polisi Minta Pulsa

Sebenernya si ini udah kasus lama, udh banyak juga yang mengalami kasus kaya gini, bahkan saya sempat melihat ada orang yang beli pulsa di Mini market di daerah Perumahan Kosambi dengan total pulsa Rp. 300.000. Setelah di minta untuk membayar oleh kasir, dia kaget karena dia merasa itu bukan nomor si korban, akhirnya karna pihak Mini market  juga tidak mau rugi maka sebagai jaminan hp si korban harus ditahn sebagai jaminan. Akhirnya sebuah gadget dengan gambar apel kegigit pun jadi jaminan. Sekarang kejadian itu terjadi di keluarga saya sendiri, padahal kejadian tersebut sudah saya ceritakan kepada keluarga saya tapi apadaya mungkin ini ujian akhirnya Kaka saya menjadi korban. Pukul 11.00 WIB saya mengajak kaka saya untuk menemani saya pergi dan menyuruh dia untuk bersiap-siap, saya pun pergi bersiap-siap. Setelah saya selesai mandi saya melihat kaka saya pergi tergesa-gesa, saya pikir dia sedang disuruh papa saya untuk beli makan karena biasanya papa saya menyuruh kami untuk membeli