Langsung ke konten utama

STRANGER, LOVER, STRANGER AGAIN (PART 2)

 "Konnichiwa" Pesan pertama yang aku terima dari seseorang yang mengukir indah kembali garis senyum dibibirku.

Aku memutuskan mengulur waktu untuk membalas pesan dia, agar tidak terlihat begitu tertarik kepada dia. Beberapa menit berlalu akhirnya aku membalas pesan dia. Sepanjang perjalanan pulang dari Kantor ke Rumah, Aku menunggu balasan pesan dari dia namun belum ada balasan. Aku berpikir dia juga melakukan hal yang sama, yaitu mengulur waktu agar tidak terlihat tertarik dengan perkenalan ini.

Akhirnya aku sampai di Rumah, sebuah pesan singkat datang dari dia, pria asing yang sedari tadi aku tunggu pesannya.

"Maaf aku baru bales, soalnya tadi lagi di jalan dan baru sampai rumah." itulah pesan singkat yang sedari tadi aku tunggu.

"Gak apa-apa kok, lo emang kerja dimana?, btw salam kenal ya!". pesan singkat dari dia segera aku balas, kali ini aku balas cepat karena memang ingin segera mengetahui siapa sebenarnya dirinya.

"Aku kerja di daerah Pasar Minggu, kenalin nama aku Saga, Januar Saga Anggoro. Tadinya nama aku Januar Saga Anggara namun diganti ibuku menjadi Anggoro pas aku SMP , aku asli Pekalongan dan ngontrak di Bogor sama temen aku".

"Oh jadi lo salah satu penyumbang Jakarta macet dan padet haha. Ngontraknya sama cowo? jangan bilang kumpulan penyuka sesama jenis hehe. Emang kenapa digatnti namanya? artinya emang apa?".

Setidaknya begitulah awal percakapan kami dimulai malam itu. Aku tidak pernah berekspetasi kalau kami akan terus bertukar pesan sampai keesokan harinya. Tepat pukul delapan pagi.

"Selamat Pagi, maaf ya semalam aku sudah tidur. Dela lagi apa? Kerja gak hari ini?".

"Pagi, hari ini kebetulan WFH (Work From Home), jadi gak ke Kantor. Lo lagi apa? udah di Kantor?".

"Wih enak dong kerja dari Rumah, aku selama pandemi gak pernah WFH. ini Aku di Kantor, lagi sarapan" Pesan singkat itu dilanjut kiriman sebuah gambar bubur ayam yang menjadi teman sarapan dia hari ini.

Kami terus melanjutkan percakapan kami via Chat meski kami disibukkan dengan aktifitas kami. Sampai sebuah percakapan lucu datang.

"Kamu ko belom save nomor Aku?"

"Ya ketahuan deh belum save nomor Saga, Aku orangnya males save nomor semenjak kontak di HP ilang semua, bahkan nomor si Risa aja aku gak save". tanpa sadar aku mulai menggunakan kata Aku dan kamu dalam percakapan kita.

"Terus kamu kalau mau chat orang gimana?, pokonya cepetan save nomor aku"

"Ih maksa, pengen banget di save? hehe".

"Iya kan aku mau lihat aktifitas kamu, bikin status apa aja?"

"Aku jarang bikin status di WA, seringnya di IG (Instagram)"

"Ok udah aku follow IG-nya. Follback cepet"

"Iya, udah aku Follback, udah aku save juga nomornya, btw kamu di foto dewasa ya tapi ko di postingan IG mukanya berubah-rubah terus?"

"Wkwk muka aku berarti boros ya"

"Bagus dong kalau cowo terlihat dewasa, btw kamu temennya Risa pas kuliah? berarti satu jurusan?".

"Enggak, aku kenal sama Risa di organisasi, beda jurusan juga dan beda angkatan".

"Beda angkatan?, berarti gak seumuran sama Risa?".

Setelah membalas chat dia, gue segera chat Risa.

"Risa, si Saga gak seengkatan sama kita? umur berapa?"

"Iya Del, maaf gue gak jujur. Saga itu lebih muda dari kita dua tahun dia kelahiran 1995".

"Ah serius lo Risa, masa gue dikenalin sama berondong, dia tau gak gue lebih tua dari dia?"

"Tau lah, tenang aja dia udah biasa pacaran sama yang lebih tua dari dia. Dia tuh sekolahnya kecepetan Del jadi lingkungan dia tuh rata-rata lebih tua dari dia".

Setelah gue protes ke Risa, gue melanjutkan chat ke Saga.

"Saga, maaf ya gue gak tau kalau umur lo jauh lebih muda dari gue, mana gue bilang muka lo dewasa lagi hehe".

"Yah si nenek (teman-teman memanggil Risa nenek) pakai ngasih tau umurnya segala".

"Ih gue gak enak sama lo Saga, masa mainnya sama tante-tante hehehe"

"Ih enggak ko kan cuma beda dikit, udah gak usah dibahas ya".

Ya begitulah akhirnya gue tau kalau ternyata umur kami berbeda 2 tahun, dia lahir di Januari 1995 sementara gue Oktober 1993.

Percakapan kami yang di mulai di hari Kamis, 2 September 2021 malam, terus berlanjut tanpa henti. Sampai akhirnya Risa mengajak aku dan Saga bertemu di hari Minggu, 5 September 2021.

BERSAMBUNG...

HELLO STRANGER !

Komentar

Postingan populer dari blog ini

SUDUT MEMORI

   Bagaimanakah Kabarmu di ruang sendiri? Singgah-kah kamu ke  sudut memori , ruang dimana pernah ada kita? Ingatkah kamu,  awal perkenalan kita? , perkenalan yang dimulai dengan sebuah pesan berisi kata “Konnichiwa”, yang singkat namun mengukir senyuman. Berawal dari  satu pesan  singkat hingga berakhir di  enam ribu enam ratus lima puluh delapan (6658) pesan. Ingatkah kamu,  selalu mengirim pesan  disekitar  jam 8 pagi ?. “Pagi”, “Bangun”, “Sayang”, “Kerja Yang”, “Aku sudah di Kantor”.  Kini, hilang meninggalkan candu. Ingatkah kamu,  selalu menceritakan  aktifitasmu, temanmu, keseruanmu bermain games,  mengirimkan foto-foto  apa yang sedang kamu lakukan, lokasi kamu berada, dan apa yang kamu makan?.  Kini, aku hanya menerka-nerka . Ingatkah kamu,  selalu bertanya  di setiap hari libur  “weekend ini kamu ngapain?”, “liburan kamu di rumah aja?”. Lalu kamu  selalu menawarkan diri untuk berjumpa , tak peduli jarak kita yang jauh, tak peduli seberapa lelahnya kamu, kamu selalu akan hadir

Mimpi Menjadi Seorang Penulis

Entah sudah berapa puluh perusahaan yang gue lamar, udh berapa puluh perusahaan yg manggil gue interview, tapi gak ada satupun yg pasti. Hmmm nikmat Mu ini sungguh Indah ya Allah, sungguh melatih kesabaran ku. Entah salah dimana sampe tak satupun perusahaan yang memilih gue untuk menjadi karyawannya. Menaruh harapan besar, berpikir positif kalau Allah pasti memberikan yg terbaik untuk Hambanya ini, pernah ada Salah satu HRD di sebuah perusahaan bilang "kamu harus bersyukur, dengan keluarga kamu yg gk lengkap, tapi masih ada satu orang tua yg masih bisa jadi temen dan kamu bisa meraih S1, kamu bermimpi jadi penulis, kenapa kamu gk latih supaya tulisan mu lebih baik, saya rasa jika kamu pd dengan tulisan mu, dan terus berlatih, cita2 kamu bakal tercapai" itu lah kata2 yang bikin gue termotivasi untuk menulis lagi, setelah mengabaikan tulisan yg pernah tergores. Sekarang jadi berpikir mungkin Allah menukiskan takdir gue bukan untuk kerja di kantor, mungkin bener gue harus me

Teman dan Pak Polisi Minta Pulsa

Sebenernya si ini udah kasus lama, udh banyak juga yang mengalami kasus kaya gini, bahkan saya sempat melihat ada orang yang beli pulsa di Mini market di daerah Perumahan Kosambi dengan total pulsa Rp. 300.000. Setelah di minta untuk membayar oleh kasir, dia kaget karena dia merasa itu bukan nomor si korban, akhirnya karna pihak Mini market  juga tidak mau rugi maka sebagai jaminan hp si korban harus ditahn sebagai jaminan. Akhirnya sebuah gadget dengan gambar apel kegigit pun jadi jaminan. Sekarang kejadian itu terjadi di keluarga saya sendiri, padahal kejadian tersebut sudah saya ceritakan kepada keluarga saya tapi apadaya mungkin ini ujian akhirnya Kaka saya menjadi korban. Pukul 11.00 WIB saya mengajak kaka saya untuk menemani saya pergi dan menyuruh dia untuk bersiap-siap, saya pun pergi bersiap-siap. Setelah saya selesai mandi saya melihat kaka saya pergi tergesa-gesa, saya pikir dia sedang disuruh papa saya untuk beli makan karena biasanya papa saya menyuruh kami untuk membeli