Langsung ke konten utama

Pamit

 Jakarta, 01 Oktober 2020


Hari itu harusnya aku tidak menemuinya, setelah hampir sebulan kita tidak bertemu. Sebelumnya akupun sudah berjanji memantapkan hati untuk tidak mengingat dia dan menghubungi dia.

Tanggal 15 September 2020,

Malam itu kamu menghubungiku, setelah kita putus memang kita masih saling berhubungan walaupun gak sesering dulu. Malam itu kamu cerita kalau kamu kehilangan cincin pemberian mama. Kamu cerita kalau kamu cari cincin yg jatuh di jalan, sampai harus cari di genangan air yang kebetulan kejadian itu setelah hujan besar.

Kamu tahu betapa sedihnya aku mendengar kamu harus menghadapi kesulitan itu sementara aku hanya bisa berdoa dan menemanimu melalui telepon. Sampai jam 3 pagi kamu masih harus mencari cincin itu, sungguh aku sedih mendengarnya.

Malam itu aku berdoa kepada Allah, meminta agar kamu segera menemukan cincin itu dan aku berjanji untuk melupakan semua yang pernah terjadi, berjanji untuk tidak mengkhawatirkanmu, berjanji untuk tidak menghubungimu terlebih dahulu, berjanji untuk tidak menemui jika tidak ada yang penting.

Pagi harinya, aku tidak menyangka bagaimana bisa cincin yg sudah ia cari berjam-jam ternyata ada di comberan yg sebelumnya dia pernah cari. Entah ini berkat doa kamu atau doa aku, tapi hari itu juga aku harus menepati janjiku. Akhirnya dengan ikhlas, aku lalui hari baru itu tanpa menghubungi kamu, hanya bisa menyelipkan namamu di doaku agar kamu bahagia dan sukses.

Tiba-tiba ketika hati ini sudah aku tata rapih melakukan hal-hal yang membuat aku lupa padanya dan tidak ingin menanggis dan mengkhawatirkannya. Kamu kembali datang lagi, meminta untuk bertemu. Lewat telepon itu kamu bilang, kamu rindu, dan menanyakan masih mau bertemu aku atau tidak?. Bodohnya aku mengiyakan kalau kita memang masih bisa bertemu sebagai seorang teman

Jujur saja memang aku tidak ingin hubungan aku dan dia rusak hanya karna kami sudah tidak bersama, kami juga sepakat untuk menjadi teman, untuk menjadi keluarga dan berbagi cerita jika ada masalah dan butuh bantuan. 

Akhirnya, tanggal 01 Oktober 2020 kita bertemu kembali setelah pertemuan terakhir kita di tanggal 26 Agustus 2020, dimana hari itu kita memutuskan mengakhiri hubungan kita dengan baik karena memang bukan kami saling mengkhianati dan menyakiti karena memang keyakinan kita yang gak bisa bersama, sehingga akhirnya kita memilih untuk mengakhiri ini semua setelah 13 tahun lamanya kita bersama.

Hari itu, aku sudah bersiap untuk berangkat kerja dan tiba-tiba kamu ingin bertemu dengan aku setelah kamu selesai dengan urusanmu. Bodohnya ku ia kan pertemuan itu dan aku akhirnya memutuskan untuk izin tidak ke kantor hanya untuk bertemu dengan dia. Hari itu aku langgar janjiku pada Dia yang sudah mengabulkan doaku untuk bantu kamu menemukan cincin kamu yang ilang.

Hatiku hari itu terasa sangat senang, lama aku tidak melihat senyum manisnya dengan mata sipitnya menyambut kedatanganku. Pertemuan kami rasanya seperti kami lupa kalau kami sudah tidak ada hubungan, rasanya seperti aku masih milikmu dan kamu masih milikku. Pelukan itu, aroma tubuh itu masih sama rasanya aku tidak ingin melepaskan pelukan itu dan ingin terus menatap dia.

Dia tahu aku selalu bahagia jika dia mengecup keningku, hal itu lama sekali tidak dia lakukan kepadaku, biasanya dia akan mengecup keningku ketika kita selesai bertemu agar aku tidur nyenyak malam itu atau ketika kami benar-benar merasa hari itu sangat spesial.

Hari itu aku sangat bahagia, bisa kembali bertemu dengan kamu yg sampai saat ini masih menjadi yg spesial untukku. Hari itu kita saling bertukar kabar, menanyakan kesibukan setelah kita berpisah, membicarakan hal-hal yang buat kita menanggis dan tertawa.

Setelah lama pembicaraan kita, aku baru sadar HP yg biasanya tidak pernah ia jauhkan dariku hari itu sama sekali aku tidak lihat. Lalu aku bertanya pada dia kemana hpnya? Dia beralasan kalau HPnya lowbet. Awalnya aku tidak berniat untuk penasaran dengan isi hpnya, tapi karena sikap dia yg tidak seperti biasanya menjauhkan hp, akhirnya aku penasaran.

Entah kenapa setelah itu hatiku tidak tenang dan ingin sekali membuka hpnya. Setelah dia lengah akhirnya aku cari dimana dia meletakan hpnya. Aku menemukan HPnya dan pin HP masih sama seperti dulu. Ku buka aplikasi WA dan ku melihat sebuah pesan dari seorang wanita.

"Sayang kamu udah selesai?" Begitulah isi pesan itu. Hancur sehancur-hancurnya hati ini, dia gak jujur, dia masih berani menemuiku padahal dia memiliki wanita baru, yang lebih menyakitkan secepat itu dia mendapatkan pengganti diriku.

Entah kenapa aku masih ingin lanjut untuk mencari tahu, akhirnya ku buka Instagram miliknya, dan ku ketik nama wanita itu dalam pencarian, setelah itu aku melihat pesan singkat di DM Instagram ternyata mereka sudah jadian bahkan sebelum sebulan aku dan dia putus. Bagaimana dia bisa segera menemukan pelabuhannya yang baru sementara aku disini sedang berusaha memperbaiki hati yang hampa setelah kamu pergi.

Sebelum aku memeriksa hpnya kami memang ada membahas apakah sudah menemukan seseorang yang baru? Aku dan dia, sama-sama menjawab tidak, bahkan aku menyarankan dia untuk kembali ke mantannya yg dulu pernah menjadi orang ketiga dalam hubungan kita. Aku bilang padanya kalau dia wanita yang baik, mungkin dia bisa jadi penyemangat hidup kamu yg baru. Dia hanya tersenyum dan bilang sama-sama berdoa yang terbaik untuk kita.

Ternyata kamu tidak menjawab saranku karna kamu sudah bersama dia, orang yang pernah menjadi pihak ketiga dalam hubungan kita. Orang yang tiba-tiba datang mengirim pesan padaku dan bertanya apakah aku masih ada hubungan dengan kamu?, masih aku ingat sampai sekarang bagaimana isi pesan itu walaupun sudah bertahun-tahun berlalu, dan aku ingat dia bilang kalau dia adalah pacar kamu sementara aku masih berpacaran denganmu. Saat itu aku sama sekali tidak berpikir kamu selingkuh, aku selalu percaya, tapi nyatanya kamu selingkuh.

Ya itu lah singkat cerita bagaimana aku bisa bertemu wanita itu dan kini wanita itu kembali menjadi pelabuhan hati pria yg ku sayangi.

Akhirnya aku tanya kepada dia "kamu jahat ya udah punya pacar, tapi kamu malah ngajak aku ketemu". Dia bingungg dan berusaha mengelak. Aku mencoba menahan tanggis tapi ternyata tidak bisa, aku masih tidak menerima dia bohong dan bahkan semudah itu dia menemukan pengganti aku. Lalu aku berkata lagi padanya sambil aku menahan air mata ini "kamu gila ya, lalu apa bedanya aku dengan dia yg dulu?, kamu bohong sama dia sama seperti kamu bohong sama aku dulu". "Kamu mikir gak kalau aku malu, aku harus ngerasain ada diposisi dia yg dulu, ketemu sama pacar orang lain yg mana kamu gak jujur kamu udah punya pacar?". 

Dia diam dan minta maaf karna sudah berbohong, dia bilang pada aku "kamu gak tau si betapa sakitnya hati aku, betapa tersiksanya aku setelah kamu pergi". Entah itu omongan dari hati atau kamu berbohong kembali. Lalu aku menjawab "kamu pikir disini kamu doang yg sakit hati, aku juga sakit, kita sakit hati hanya karena kita memang gk bisa bersatu, karna keyakinan yg beda bukan karna ada orang lain". 

Akhirnya air mataku yg coba ku tahan mengalir deras, dia memelukku dan aku mencoba untuk melepasnya tapi sejujurnya hati ini tidak mau melepaskan pelukan itu, aku ingin menanggis dalam pelukan itu tapi aku ingat dia sudah ada yg punya. Lalu dia berkata "kamu nanti akan rasain, ketika kamu sama orang lain tapi hati kamu masih diwanita lain yaitu kamu, kamu akan merasakan betapa sakitnya harus menahan rindu sama orang yg kamu sayangi sementara kamu sudah bersama orang yang baru". Lagi-lagi aku ragu apakah ini benar dari hatinya yg tulus atau bukan?. Yang aku pikirkan saat itu aku hancur-sehancur-hancurnya, aku malu karena bersama pria yang sudah memiliki pacar dan aku sedih karna pria yang ku sayangi akhirnya menemukan pelabuhan barunya.

Akhirnya hari itu tetap ku habiskan waktu bersama dia, aku meminta dia untuk tetap bersama wanita itu karna aku berpikir dia baik untuk pria yang aku sayangi. Hari itu dengan hati yang hancur untuk kedua kalinya, ku ikhlaskan dia bersama wanita pilihannya. Sementara aku mencoba kembali menata hati ini yg kembali hancur. Memang aku harusnya tidak melanggar janji aku kepada Allah, harusnya aku tidak menemui kamu lagi.

Untuk kamu yang tidak mungkin akan aku miliki, terima kasih sudah menjadi lelaki terbaik yang pernah ada, terima kasih sudah menemani ku selama tiga belas tahun, hampir separu dari hidup ini ku habiskan bersamamu. Aku pamit dan berjanji tidak akan menemui mu walaupun kamu bilang aku tetap harus cerita kalau aku ada masalah atau ada lelaki yg nyakitin aku. Sungguh permintaan mu itu tidak akan aku lakukan, aku tidak mau menjadi orang ketiga dalam hubungan kalian. Terima kasih untuk semuanya, aku tutup kisah kita mulai hari ini. 

Selamat ulang tahun untuk kamu, 11 Oktober nanti aku harap kamu bahagia, tahun ini kita doakan pertambahan usia kita dengan cara dan ditempat yg berbeda. Aku harap ditanggal 12 Oktober akan ada kebahagian untukku dihari bertambah usianya aku.


Aku Pamit...



Komentar

  1. Aku sedih bacanya. Tp apapun keputusannya pasti sudah kalian fikirkan baik2 semuanya. Ak bisa memahami posisi dia saat pisah dr kamu. Dan ak jg paham rasanya jadi kamu. Ahh. Andai bisa ketemu, akan ak bagi kisahku yg dulunya sama dg kisahmu namun bisa berakhir spti saat ini. Semoga bahagia selalu utk kalian yaa. ����

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

SUDUT MEMORI

   Bagaimanakah Kabarmu di ruang sendiri? Singgah-kah kamu ke  sudut memori , ruang dimana pernah ada kita? Ingatkah kamu,  awal perkenalan kita? , perkenalan yang dimulai dengan sebuah pesan berisi kata “Konnichiwa”, yang singkat namun mengukir senyuman. Berawal dari  satu pesan  singkat hingga berakhir di  enam ribu enam ratus lima puluh delapan (6658) pesan. Ingatkah kamu,  selalu mengirim pesan  disekitar  jam 8 pagi ?. “Pagi”, “Bangun”, “Sayang”, “Kerja Yang”, “Aku sudah di Kantor”.  Kini, hilang meninggalkan candu. Ingatkah kamu,  selalu menceritakan  aktifitasmu, temanmu, keseruanmu bermain games,  mengirimkan foto-foto  apa yang sedang kamu lakukan, lokasi kamu berada, dan apa yang kamu makan?.  Kini, aku hanya menerka-nerka . Ingatkah kamu,  selalu bertanya  di setiap hari libur  “weekend ini kamu ngapain?”, “liburan kamu di rumah aja?”. Lalu kamu  selalu menawarkan diri untuk berjumpa , tak peduli jarak kita yang jauh, tak peduli seberapa lelahnya kamu, kamu selalu akan hadir

Mimpi Menjadi Seorang Penulis

Entah sudah berapa puluh perusahaan yang gue lamar, udh berapa puluh perusahaan yg manggil gue interview, tapi gak ada satupun yg pasti. Hmmm nikmat Mu ini sungguh Indah ya Allah, sungguh melatih kesabaran ku. Entah salah dimana sampe tak satupun perusahaan yang memilih gue untuk menjadi karyawannya. Menaruh harapan besar, berpikir positif kalau Allah pasti memberikan yg terbaik untuk Hambanya ini, pernah ada Salah satu HRD di sebuah perusahaan bilang "kamu harus bersyukur, dengan keluarga kamu yg gk lengkap, tapi masih ada satu orang tua yg masih bisa jadi temen dan kamu bisa meraih S1, kamu bermimpi jadi penulis, kenapa kamu gk latih supaya tulisan mu lebih baik, saya rasa jika kamu pd dengan tulisan mu, dan terus berlatih, cita2 kamu bakal tercapai" itu lah kata2 yang bikin gue termotivasi untuk menulis lagi, setelah mengabaikan tulisan yg pernah tergores. Sekarang jadi berpikir mungkin Allah menukiskan takdir gue bukan untuk kerja di kantor, mungkin bener gue harus me

Teman dan Pak Polisi Minta Pulsa

Sebenernya si ini udah kasus lama, udh banyak juga yang mengalami kasus kaya gini, bahkan saya sempat melihat ada orang yang beli pulsa di Mini market di daerah Perumahan Kosambi dengan total pulsa Rp. 300.000. Setelah di minta untuk membayar oleh kasir, dia kaget karena dia merasa itu bukan nomor si korban, akhirnya karna pihak Mini market  juga tidak mau rugi maka sebagai jaminan hp si korban harus ditahn sebagai jaminan. Akhirnya sebuah gadget dengan gambar apel kegigit pun jadi jaminan. Sekarang kejadian itu terjadi di keluarga saya sendiri, padahal kejadian tersebut sudah saya ceritakan kepada keluarga saya tapi apadaya mungkin ini ujian akhirnya Kaka saya menjadi korban. Pukul 11.00 WIB saya mengajak kaka saya untuk menemani saya pergi dan menyuruh dia untuk bersiap-siap, saya pun pergi bersiap-siap. Setelah saya selesai mandi saya melihat kaka saya pergi tergesa-gesa, saya pikir dia sedang disuruh papa saya untuk beli makan karena biasanya papa saya menyuruh kami untuk membeli